Senin, 28 Juli 2008
Istirahat Makan Siang Di Kampoeng Kopi Banaran
Menempuh perjalanan Yogyakarta - Semarang atau Solo - Semarang atau sebaliknya, adakalanya menjadi membosankan, terutama bagi mereka yang sudah sering midar-mider di jalur itu dengan kendaraan pribadi. Kalau istirahat bisa dianggap sebagai obatnya, maka ada pilihan untuk mencoba beristirahat di Kampoeng Kopi Banaran.
Kampoeng Kopi Banaran adalah sebuah area tempat makan di pinggir jalan yang bernuansa alam bebas. Kawasan yang juga menyebut dirinya Wisata Agro ini terletak di Jl. Raya Bawen - Solo km 1,5 tidak jauh dari pertigaan terminal Bawen ke arah selatan pada jalur yang menuju kota Salatiga dan Solo, Jateng. Lokasinya persis berada di tikungan jalan, sehingga pengunjung dari arah utara perlu ekstra hati-hati untuk masuk ke lokasi yang berada di sisi barat jalan ini.
Sejenak menyeruput kopi tubruk yang mak thengngng... sensasinya, bisa mengubah suasana batin para sopir menjadi lebih segar. Bagi mereka yang tidak biasa minum kopi hitam, masih banyak pilihan minuman panas atau dingin turunan dari kopi dan teh, atau minuman es-esan. Menu unggulannya memang kopi, sesuai namanya. Barangkali memang gagasan utamanya adalah menyediakan tempat pemberhentian atau peristirahatan yang menyenangkan bagi mereka yang sedang capek menempuh perjalanan berkendaraan.
Kalau kemudian sruputan kopi tubruk dirasa belum cukup (dan biasanya memang begitu...), ada tersedia banyak pilihan menu makan. Makanannya disajikan secara khas di atas wadah piring terbuat dari anyaman bambu yang di-lambari dengan daun pisang. Aneka masakan ayam kampung adalah lauk utamanya. Rasa masakannya tergolong enak dengan racikan bumbunya pas banget di lidah orang kebanyakan. Harga yang harus dibayar pun tergolong wajar.
Selain masakan ayam kampungnya yang pokoknya enak banget, jangan lupa untuk juga mencicipi tahu goreng bandungan plus sambalnya. Tahu khas dari daerah Bandungan, Ambarawa ini gigitannya terasa kenyal dan gurih dan hoenak tenan....., tapi tidak memberi efek kenyang. Serasa tidak akan cukup kalau hanya mencocol satu, dua, tiga, empat atau lima potong tahu gorengnya. Membeli yang belum dimasak untuk dibawa pulang pun bisa.
Sambil menikmati makan siang, alunan irama musik keroncong dan campursari yang dibawakan oleh sekelompok pemusik seolah-olah mengiringi irama yang sama di perut pengunjungnya. Sambil menunggu nasi di tembolok turun ke usus halus sebelum tubuh beranjak melanjutkan perjalanan, sambil kepala lenggut-lenggut seperti sapi kekenyangan mengikuti alunan musik keroncong sederhana. Nglaras benar......
***
Keunggulan lain lain dari Kampoeng Kopi Banaran ini selain masakannya yang enak dan lokasinya yang mudah dicapai, adalah bahwa kawasan ini cocok untuk dijadikan obyek tujuan wisata. Resto atau kafe ini menempati sebagian kecil dari kawasan perkebunan kopi seluas lebih 400 hektar milik PT Perkebunan Nusantara IX. Meski sebenarnya sudah sejak enam tahun lalu di kawasan ini sudah berdiri warung kopi Banaran, namun pengembangan secara lebih professional sebagai kawasan wisata agro mula dibuka sejak diresmikan pada tanggal 28 Agustus 2005.
Tentu wisata agro perkopian adalah utamanya. Dan, kini di kawasan ini juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas taman bermain, kegiatan outbound, sarana olah raga, camping ground, kebun buah, dsb. Lokasinya yang berada pada ketinggian lebih 400 meter di atas permukaan laut cukup memberi hawa segar di lingkungan perbukitan yang berpemandangan menarik. Sehingga kalaupun hanya ingin sekedar beristirahat, maka lokasi ini cocok untuk disinggahi bersama keluarga.
Bisnis warung kopi pinggir jalan yang bernuansa elite dan kini lebih populer dengan sebutan kafe, agaknya memang lagi nge-trend. Kampoeng Kopi Banaran juga menangkap peluang itu. Maka dalam skala kawasan yang lebih kecil, warung kopi Banaran juga membuka cabangnya di daerah kecamatan Mungkid, yaitu di penggal jalan naik-turun perbukitan di antara Magelang - Ambarawa. Lokasinya yang berada di pinggir jalan tidak terlalu sulit untuk ditemukan.
Salah satu kebiasaan saya kalau menjumpai produk kopi yang khas di daerah yang kebetulan sempat saya kunjungi adalah ingin menikmati lebih puas di rumah. Karena itu sekotak kopi robusta Banaran seberat 250 gram saya cangking untuk dibawa pulang (mbayar, tentu saja.....). Sekedar agar ketika di rumah bisa lebih puas menikmati rasa kopinya yang mantap alami....., seperti yang tertulis di bungkusnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar