Kesedihan, dalam berbagai definisi dan pemahamannya adalah hal yang sifatnya selalu subyektif, sehingga tidak perlu ada batasan pengertian tertentu. Terserah kita sebagai manusia yang memaknainya. Kesedihan disebabkan oleh berbagai hal mulai dari kesedihan karena ditinggal mati oleh orang yang kita sayangi, kesedihan karena patah hati, kesepian dan merana, hingga kesedihan karena problematika finansial. Misalkan kesedihan karena PHK, karena bangkrut ga punya uang, kere miskin dan sebagainya. Paling banyak memang kesedihan karena keuangan yang menipis bahkan bokek, karena parameter kebahagian biasanya diukur dari kemakmuran finansial yang dianggap dengan adanya uang kita bisa membeli kesenangan dan membuang kesedihan. Lha trus gimana klo kita ga punya uang atau kesedihannya memang karena ga punya uang. Atau bisa juga punya uang cuma sedikit tapi kesedihannya disebabkan hal lain. Pokoke selama kesedihan melanda kita, kita harus belajar banyak untuk menghapusnya. Cara yang paling tepat adalah dengan belajar dari pengalaman orang-orang yang Bijak, yang jenius dan berabad abad telah mewariskan kepada kita kebijaksanaan abadi dan sudah terbukti manjur selama ratusan bahkan ribuan tahun. Ataukah kita tetap KERAS KEPALA dan
sombong dalam kesedihan kita dan beranggapan bahwa mereka yang lebih jenius, lebih bijak dan lebih berpengalaman akan menyesatkan kita, kita lihat saja seberapa terpuruknya kita dalam kesedihan. Cukup burukkah kita hingga terpuruk dalam kesedihan yang mendalam hingga akal kita tak mampu untuk bangkit dan bahagia? Berikut adalah beberapa pemikiran para bijak tentang kesedihan :
-Karena sebab-sebab kesedihan adalah kehilangan hal-hal yang dicintai, maka orang yang paling sering bersedih adalah orang yang memiliki sesuatu yang paling banyak ia cintai. Sebaliknya, orang yang paling sedikit bersedih adalah orang yang sebaliknya. Oleh karena itu, orang yang berakal harus menjauhi sebab-sebab kesedihan dengan menghindari sesuatu yang menyebabkan kesedihan. Ia tidak boleh terperdaya oleh kenikmatan dan keindahan, melainkan ia harus mengingat dan membayangkan kepahitan dan penderitaan yang terjadi karena kehilangannya.
-Sesungguhnya semua yang ada di alam semesta dan kerusakan banyak mengalami perubahan dan tidak ada yang konstan. Semuanya artifisial, berdaur dan tidak tetap. Oleh karena itu kita tidak sewajarnya membesarkan sesuatu yang hilang, sebab hal itu merupakan peristiwa yang pasti terjadi. Barangsiapa yang menginginkan kebadian sesuatu yang tidak mungkin abadi, maka ia telah mendatangkan kesedihan atas dirinya.
Ketika kedua hal itu kita pegang teguh maka seumur hidup kita ga bakalan sedih, soale landasan pemikiran kita udah bener. Trus gimana dong klo udah terlanjur sedih dan merasa kehilangan serta tenggelam dalam kesedihan. Banyak yang beranggapan bahwa kesedihan adalah hal yang manusiawi, jadi harus dimaklumi karena itu merupakan fitrah manusia. Tapi klo dimaklumi terus…, kapan kita bisa bangkit dari lingkaran kesedihan dari hidup kita, seolah sebuah mekanisme otomatis bahwa klo patah hati harus sedih, kehilangan barang sedih, ditinggal mati juga sedih….cerai sedih..
Baiklah klo memang masih keras kepala dan masih pengen sedih dan tenggelam dalam kesedihan karena mungkin membuat orang simpati pada kita ya Ga papa deh, tapi ada juga cara segera bangkit dari kesedihan otomatis fitrah humanis tdk terencana kita itu (sorry klo jadi sinis..habis menyebalkan sih dah tau merugikan kok masih sedih..)
PERTAMA DAN TERAKHIR dari cara paling efektif dari menghapus kesedihan BUKANLAH dengan bersenang-senang secara instant, dugem, karaoke, hiking, refreshing, cuti, atau istirahat seperti jargon barat di film-film, ketika pegawainya sedih ditinggal mati dsb pasti disuruh cuti.., itu adalah salah besar..
Cara menghapus kesedihan menurut para bijak dan jenius turun temurun berabad-abad adalah dengan :
- Mengurangi berbuat buruk.
Lakukan mulai dari hal-hal buruk terkecil dari tingkah laku dan kebiasaan kita. Misalnya kita lagi sedih, entah karena apa sebabnya terserah, lakukan introspeksi kecil, cari kebiasaan yang kita anggap buruk, lihat kepada hati kecil kita dan berusahalah jujur dan cari hal buruk itu. Misalnya, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol, atau kebiasaan yang sepele misalnya kebiasaan gak mandi, kebiasaan bangun siang, kebiasaan males atau kebiasaan mencela orang, kebiasaan meludah sembarangan atau bahkan kebiasaan merepotkan orang, pokoke cari terus kebiasaan buruk kita, dan secara bertahap kurangi. Niatkan untuk menghapus kesedihan. Ga usah pura-pura ga ngerti, pasti masing-masing dari kita punya kebiasaan buruk, jadi klo ga pengen sedih maka harus dikurangi dan ini disarankan oleh pemikir sebelum masehi sampai psikolog modern abad 21, kalo pengen tahu mengapa, karena dengan mengurangi kebiasaan buruk maka kita kan lebih berharga dalam hubungan dengan sesama manusia. Dan klo kita lebih berharga maka kita ga akan punya alasan dan waktu lagi buat kesedihan.
- Menghibur orang yang sedih
Cara kedua untuk menghapus kesedihan adalah dengan mencari orang yang sedih dan menghiburnya. Membantu orang yang kesusahan, klo males nyari ya cukup dengan mendengar curhatan temen dan bersungguh-sungguh mencarikan jalan keluarnya. Pertama mungkin kedengaran ga masuk akal lha wong masalah kita aja ga beres kok malah mbantu orang, tunggu dulu... Dengan membantu orang maka minimal kita sedikit lupa pada kesedihan kita, trus yang kedua syukur-syukur klo orang yang kita bantu ternyata lebih menderita dari kita maka otomatis kita akan merasa lebih beruntung, logikanya aja orang dianggap kaya karena ada orang miskin, maka orang dianggap beruntung apabila ada yang lebih menderita dan ketika kita membantu orang yang lebih menderita otomatis kita menjadi orang yang beruntung. Hal ini bukan hal yang mudah dipelajari, tetapi baru dipahami ketika dilakukan. Jadi ga usah mikir terlalu pusing, lakukanlah, bantu orang lain, lalu sim salabim..kita akan bahagia, beruntung, makmur gemah ripah loh jinawi, lepas dari kesedihan. Tapi klo maksa ya gapapa harus dijelaskan. Dasar utamanya adalah hukum kekekalan energi, yaitu energi ga mungkin hilang tetapi berpindah. Ketika kita membantu orang maka kita memberi energi pada orang itu, otomatis energi itu akan kembali kepada kita walau mungkin tidak dari orang itu tapi dari orang lain. Klo ga percaya coba kita ngampleng orang pasti kita balas di kampleng atau minimal diamuk2, trus klo kita bantu dan menghibur orang pasti kita gantian dibantu atau dihibur, walau ga langsung tapi PASTI, sepasti terbitnya matahari di timur esok hari. Klo ga hukum alam berarti salah dan dunia udah hancur dari dulu. Yakinlah seperti para cerdik-cendekia jaman dulu hingga sekarang, dan janganlah kesedihan membuat kita menjadi dungu...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar